BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi adalah salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam masa yang serba maju ini dan teknologi akan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan timbul banyaknya kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Tehnologi pendidikan dalam perkembangan telah melalui tahapan-tahapan untuk membentuk tehnologi yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangan pemanfaatanya sesuai dengan kebutuhan manusi sebagai user tehnologi. Dari tehnologi yang sederhana menjadi tehnologi yang canggih sehingga dapat membantu aktifitas manusia.
Pemanfaatan tehnologi dalam dunia pendidikan dapat dirasakan, dapat mempermudah aktifitas yang dilakukan manusia. Bagi lembaga pendidikan, pengelolaan lembaga akan lebih muda dan peraktis. Pada saat ini dengan berkembangnya tehnologi yang canggih para pengelola pendidikan dituntut untu memenuhi kebutuhan pasar terutama out put dari pada lembaga pendidikan.
Munculnya sekolah unggulan dan sekolah bertaraf internasional tidak hanya semata Karena kualitas output yang dihasilkan, akan tetapi tehnologi berperan besar dalam mewujudkan sebuah sekolah untuk menjadi sekolah unggulan atau sekolah standar internasional.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak lepas dari kecakapan sumber daya manusia untuk melakukan terobosan baru dalam mengelola pendidikan. Pengorganisasian dalam pendidikan banyak aspek yang harus dibenahi dalam manajemen. Dengan manajemen yang baik dan sumber daya manusia yang memadahi peningkatan kualitas dan mutu pendidikan dapat dicapai dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka teknologi pendidikan atau pembelajaran berlandaskan pada lima bidang garapan, yaitu diantaranya ialah ; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian[1]. Kelima hal ini merupakan kawasan (domain) dari bidang Teknologi Pendidikan atau Pembelajaran. Namun, dalam hal ini pemakalah hanya menapatkan tugas untuk menjelaskan dua bidang saja, yaitu pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan. Dengan sub kategori dan konsep yang terkait diantaranya ialah :
A. Pengembangan Teknologi Pendidikan
Salah satu kawasan teknologi pendidikan atau pembelajaran sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas adalah pengembangan. Dan teknologi pendidikan sebagai disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai bidang kajian di Amerika Serikat. Lalu kemudian kalau kita berpegang kepada konsep teknologi sebagai cara, maka awal perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban, dimana orang tua mendidik anaknya dengan cara memberikan pengalaman langsung serta dengan memanfaatkan lingkungan[2].
Kemudian, makna dari pengembangan itu sendiri ialah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan ini mencakup pengembangan teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan multimedia[3].
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film, namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-visual ke era Teknologi Pembelajaran sekarang ini. Pada 1930-an film mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia II, banyak jenis bahan yang diproduksi terutama film untuk pelatihan militer. Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual)[4]. Selama akhir tahun 1950- an dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran berprogram mulai digunakan untuk pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1098-an teori dan praktek di bidang pendidikan dan pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang, dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan dari kawasan ini.
Kawasan pengembangan tidak hanya terdiri atas perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian.
Dan di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena ; pesan yang didorong oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.
Kawasan pengembangan ini meliputi ; teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, dan multimedia[5].
- Teknologi Cetak
Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan seperti buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar.
Secara khusus, teknologi cetak atau visual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
b.keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif
c. keduanya berbentuk visual yang statis
- pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual
e. keduanya berpusat pada pembelajar, dan
f. informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
- Teknologi Audio-Visual
Teknologi Audio-Visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audio-visual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan. Istilah dan definisi formal pertama yang berhubungan dengan teknologi pendidikan pada saat itu adalah “pengajaran visual”. Yang dimaksud dengan pengajaran visual adalah kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang terdiri dari gambar, model, objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret melalui visualisasi kepada siswa. Tujuan penggunaan alat bantu visual adalah memperkenalkan, menyusun, memperkaya, atau memperjelas konsep-konsep yang abstrak, dan mengembangkan sikap yang diinginkan, serta mendorong timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut[6].
Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut ; bersifat linier, menampilkan visual yang dinamis, secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang, cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak, dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif, sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar siswa.
- Teknologi Berbasis Komputer
Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor. Berbagai aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based intruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI”), atau “computer-managed instruction (CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat ; 1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, 2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, 3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari, dan 4) sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier
b.Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
c. Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol maupun grafis.
- Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
e. Belajar dapat berpusat pada pembelajar dengan tingkat interaktivitas tinggi.
- Multimedia
Multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer[7]. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi multimedia ini, khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.
Pembelajaran dengan multimedia atau teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Dapat digunakan secara acak, disamping secara linier
b.Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
c. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman peserta didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan di bawah kendali peserta didik.
- Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran.
e. Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
f. Bahan belajar menunjukkan interaktivitas peserta didik yang tinggi.
g.Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media[8].
- B. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajaran dengan bahan atau sistem pembelajaran. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan pembelajaran dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pembelajaran agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajaran, serta memasukannya ke dalam prosedur oragnisasi yang berkelanjutan[9].
Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai berupaya untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.
Seperti yang dikutip dari Teknologi Pembelajaran Defenisi dan Kawasannya oleh Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey, terdapat empat kategori dalam kawasan pemanfaatan yaitu : Pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi[10].
- Pemanfaatan Media
Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran. Seorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat memahami media belajar. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Karena siswa yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
- Difusi Inovasi
Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Tahap awal dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi informasi. Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran, minat, percobaan dan adopsi. Karena selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan hanya dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media yang membantu guru. Sehingga model dan teori pemanfaatan dalam kawasan pemanfaatan cenderung terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi, dengan diperkenalkannya konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960-an yang mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi gagasan, perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.
- Implementasi dan Pelembagaan
Implementasi ialah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses implementasi dan pemanfaatan dimulai. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implementasi. Bidang implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasarkan pada penelitian, belum berkembang dengan baik, sebaik bidang-bidang yang lain. Tujuan dari implementasi dan institusionalisasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Sedangkan tujuan dari institusionalisasi adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan organisasi. Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun organisasi[11].
Dengan adanya perkembangan tehnologi dalam dunia pendidikan sehingga pendidikan mengalami banyak kemajuan baik dalam pengembangan dan pengelolaan pendidikan saat ini. Dalam lembaga pendidikan dengan adanya perkembangan tehnologi bermunculan sekolah-sekolah yang bertaraf internasional, seperti sekolah unggulan dan sekolah berstandar internasional. Masalah tentang sekolah unggulan dan sekolah standar internasional akan dibahas sebagai berikut:
- Sekolah Unggulan
Secara definitive sekolah unggul merupakan alternative dalam pendidikan yang menekankan kepada kemandiriaan dan kreatif sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan. Konsep ini dikemukakan oleh Edward (1979) yang diperkenalkan oleh teori effective school[12], yang menekankan pentingnya pemimpin tangguh dalam mengelola sekolah. Sekolah unggul menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi pengembangan kesempatan belajar, strategi memelihara kendali mutu (quality control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan informasi secara efisien.
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (out put) dari pendidikannya. hal ini berarti bahwa sekolah unggul dikembangkan sebagaimana sekolah-sekolah konvensional lain yang telah berkembang selama ini dengan memberikan perlakuan yang standar kepada semua peserta didik[13].
- Sekolah Bertaraf Intenasional
Sekolah bertaraf internasional (SBI) merupakan sebuah jenjang sekolah nasional di Indonesia dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada.
Pengembangan SBI di Indonesia didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi Lulusan, Kurikulum, Proses Belajar Mengajar, SDM, Fasilitas, Manajemen, Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional, proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.[14]
- Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna teknologi, baik untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, maupun terknologi terpadu (multimedia).
Teknologi pendidikan memiliki aplikasi-aplikasi praktis. Tersedianya sumber-sumber untuk belajar, dan penampilan fungsi pengembangan dan pengelolaan, menunjukkan bukti yang paling dasar dan nyata dari aplikasi praktis ini[15]. Teknologi pendidikan memiliki petunjuk untuk latihan (diklat). Terdapat kerangka dasar kompotensi untuk memberikan latihan kepada pihak yang melaksanakan tugas dalam bidang teknologi pendidikan. Kerangka kerja tersebut didasarkan atas pengelompokan tugas dari berbagai fungsi dalam kawasan teknologi pendidikan dan teknologi intruksional.
C. Peningkatan Kualitas Mutu dan Pengelolaan Pendidikan
Konsep keterpaduan antara ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum seperti awal Islam sampai pada masa klasik pertengahan perlu digagas kembali guna mengangkat supremasi ajaran Islam sebagai agama yang universal. Adanya dikotomi ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum dewasa ini, bahkan dikotomi secara institusional yakni pemisahan lembaga pendidikan umum dengan lembaga pendidikan keagamaan (Islam) telah berimbas pula pada penyiapan dan pengadaan tenaga pendidik di sekolah-sekolah, sehingga guru umum hanya bisa mengajar mata pelajaran umum dan tenaga pendidik agama yang hanya bisa mengajarkan pelajaran keagamaan. Menurut Rahman ada dua pola yang pernah dilakukan oleh beberapa negara muslim untuk menengahi hal tersebut yaitu (1) menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara luas di barat dan mencoba untuk mengislamkannya dengan cara mengisi dengan konsep-konsep tertentu dari Islam dan (2) menggabungkan atau memadukan cabang-cabang pengetahuan modern dengan cabang-cabang pengetahuan keislaman tradisional yang diberikan secara bersama-sama disuatu lembaga pendidikan Islam.[16]
Kesamaan dan kesetaraan status dan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan keagamaan, menjadi semakin jelas arah dan tujuan dari lembaga-lembaga pendidikan Islam, yaitu ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[17]
- 1. Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan
Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolut dan relatif . Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang memebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.[18] Sedangkan, dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan (fit for their purpose). Edward & Sallis (1993) dalam Nurkolis , mengemukakan kualitas dalam konsep relatif berhubungan dengan produsen, maka kualitas berarti sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pelanggan.
Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam konsep relatif, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan[19]. Pelanggan pendidikan ada dua aspek, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pendidikan berkualitas apabila :
a) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah) berkembang baik fisik aupun psikis. Secara fisik antara lain mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitasnya.
b) Pelanggan eksternal :
- Eksternal primer (para siswa): menjadi pembelajar sepanjang hayat, komunikator yang baik dalam bahasa nasional maupun internasional, punya keterampilan teknologi untuk lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari, inregritas pribadi, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Para siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan hidupnya[20].
- Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusahan); para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua, pemerintah dan pemimpin perusahan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerjaan yang diberikan.
- Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas); para lulusan memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.
Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, seperti 1) meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangku kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat (Scolastik Aptitude Test), sertifikasi kompetensi dan profil portofolio (portofolio profile), 2) membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif (coorperative learning), 3) menciptakan kesempatan baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur, 4) meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan materi (mastery learning) dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik, 5) membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan[21].
peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan peluang untuk mengelolah dalam proses koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Konsep pemikiran tersebut telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu yang berbasis sekolah. Pendekatan inilah yang dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality anagement/school based quality improvement)[22].
Konsep peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah muncul dalam kerangka pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada hakekatnya MBS akan membawa kemajuan dalam dua area yang saling tergantung, yaitu, pertama, kemajuan program pendidikan dan pelayanan kepada siswa-orang tua, siswa dan masyarakat. Kedua, kualitas lingkungan kerja untuk semua anggota organisasi. Wohlstetter dalam Watson memberikan panduan yang komprehensif sebagai elemen kunci reformasi MBS yang terdiri dari atas: 1) menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan, 2) menciptakan fokus tujuan nasional yang memerlukan perbaikan, 3) adanya panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada sekolah, 4) tingkat kepemimpinan yang kuat dan dukungan politik serta dukungan kepemimpinan dari atas, 5) pembagunan kelembagaan (capacity building) melalui pelatihan dan dukungan kepada kepala sekolah, para guru, dan anggo ta dewan sekolah, 6) adanya keadilan dalam pendanaan atau pembiayaan pendidikan.
- 2. Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan di Indonesia diarahkan pada tujuan yang sama yaitu mewujudkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) termasuk lembaga pendidikan Islam, yang meliputi : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar pendidik dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan[23]. Setiap lembaga pendidikan perlu meningkatkan kualitasnya dengan merujuk pada standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum dan dilakukan secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional[24]. Untuk mewujudkan total quality dalam lembaga pendidikan Islam, implementasi pilar TQM dalam pengembangan kurikulum perlu menjadi pertimbangan dan perhatian serius. Pilar-pilar TQM tersebut adalah:
- a. Fokus Pada Pelanggan
Memuaskan harapan pelanggan berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan pada masa datang. Sekolah perlu mengembangkan fokus kualitas, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah kostumer. Kurikulum yang disusun harus dapat mengakomodir perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.[25]
Pengembangan kurikulum lembaga pendidikan Islam dengan fokus pada kebutuhan masyarakat (pelanggan) diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang dibekali pengetahuan keahlian dalam agama sekaligus keduniaanya[26]. Oleh Karena itu, lembaga pendidikan Islam akan dikatakan baik dan efektif jika lembaga pendidikan itu mencapai tujuannya dengan melahirkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan atau masyarakat. Harapan masyarakat terhadap kurikulum lembaga pendidikan Islam adalah lahirnya kurikulum yang dapat memberi kompetensi peserta didik pada bidang keilmuan secara umum dan juga penguasaan bidang keagamaan.
- b. Keterlibatan Total
Keterlibatan total dalam konteks pengembangan kurikulum berarti inisiatif pengembangan datangnya bisa dari bawah seperti guru, orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar (stake holders), dan semua pihak itu memberikan secara penuh kemampuan yang dimiliki dan pelayanan yang optimal untuk mewujudkan kualitas yang diharapkan bahkan melebihi permintaan pelanggan (kostumer) baik internal maupun eksternal[27]. Pihak atasan (pimpinan) selalu memberikan bimbingan dan dorongan. Untuk memantapkan konsep pengembangan yang dirintisnya dan dapat dilakukan lokakarya atau rapat terpadu guna mencari input yang diperlukan. Konsep TQM menghendaki agar kurikulum dikembangkan dengan melibatkan semua unsur yang terkait dengan suatu lembaga pendidikan baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal (stakeholders).
- c. Pengukuran
Dalam pengembangan TQM, pengukuran merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses manajemen. Secara tradisional ukuran kualitas atas luaran lembaga pendidikan Islam adalah prestasi peserta didik. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian baik Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN). Jika hasil ujian bertambah baik, maka kualitas pendidikan dikatakan juga membaik. Para pengelola lembaga pendidikan Islam harus belajar untuk mengukur kualitas, mulai dari proses pengumpulan data dan analisa data diperlukan sehingga dapat mengukur dan menunjukan nilai tambah dan perubahan kualitas yang dicapai.[28]
Jika kualitas dapat dikelola, maka kualitas juga harus dapat diukur (measurable). Kualitas juga merupakan keunggulan (excellence) atau hasil yang terbaik (the best). Untuk mengejar kualitas, kesalahan harus dieliminir untuk mencapai keunggulan kompetitif lulusan suatu lembaga pendidikan, dan keunggulan komparatifnya dengan yang lain sesuai dinamika pasar tenaga kerja.
- d. Komitmen
Untuk memberikan komitmen pada kualitas, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan TQM yaitu:
- mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh.
- memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus.
- menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian kualitas.
- membangun sistem total kualitas.
- mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya kualitas sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja.
- mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan korektif dengan menggunakan teknik-teknik alat TQM.
- menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya.
- menciptakan komitmen dan strategi yang benar tentang total kualitas oleh pemimpin yang akan menggunakannya.
- memelihara jiwa total kualitas dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas.[29]
- e. Perbaikan Berkelanjutan
Konsep dasar kualitas adalah segala sesuatu dapat diperbaiki. Kualitas didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Menurut filosofi manajemen baru, bila tidak rusak, perbaikilah, karena jika anda tidak melakukannya orang lain pasti melakukannya. Inilah konsep perbaikan terus menerus. Perbaikan berkelanjutan berarti sesuatu yang belum pernah dilakukan, suatu tindakan pengejaran atas kualitas, prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah, dikembangkan dan dimurnikan.[30]
Lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak cukup hanya menawarkan program studi atau sejumlah jurusan dengan kurikulum tertentu, kemudian orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi lembaga pendidikan Islam harus menyediakan alat dan sumber belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran. Gedung sekolah dan sarana prasarana pembelajaran, pelayanan yang prima terhadap peserta didik, guru, orang tua dan masyarakat, serta lingkungan pendidikan yang kondusif. Kesemuanya ini akan memberikan kontribusi positif bagi kualitas proses dan kualitas produk (lulusan) lembaga pendidikan Islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori : teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audio-visual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu (multimedia). Perkembangan tehnologi membawa dampak yang positif dalam dunia pendidikan, sehingga pengembangan dan pemanfaatannya sesuai kebutuhan perkembangan zaman.
Dengan adanya tehnologi, pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Dalam pengelolaan pendidikan tehnologi mempermudah dalam aktifitas dunia pendidikan seperti dalam administrasi, sirkulasi dan aktiftas lain dalam dunia pendidikan. Selaras dengan itu munculnya sekolah unggulan dan sekolah bertaraf internasional merupakan dampak yang positif dari perkembangan tehnologi saat ini.
Dalam dunia pendidikan Islam tehnologi juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga pendidikan, dalam proses belajar mempermudah peserta didik dalam memperoleh informasi tidak hanya dari pendidika saja. Tidak hanya sekolah umum yang punya standar nasional dan internasional. Pendidikan islam dengan adanya tehnologi juga dapat mengembangkan sekolah menjadi standar nasional atau internasional.
Daftar Pustaka
Arcaro, Jerome S. Quality in Education: An Implementation Handbook, St. Lucie Press. 1995.
Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Bagais. 2004.
Dewi S. M. Sc., Drs. Raphael Rahardjo dan Yusufhadi Miarso., Terjemahan dari ; Intructional Technology : The Definition and Domains of The Field, Jakarta: PT : Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta. 1994.
Field, Joseph C. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Terj. Syafaruddin. Jakarta: PT Grasindo. 1993.
Haryana, Kir. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2007.
Hasibuan, Lies. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi Curriculum. Jambi: SAPA Project. 2004.
Kartono, Kartini. Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Pradnya Paramita, 1997.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: PT : Kancana Prenada Media Group. 2009.
Miarso, Yusufhadi. Defenisi Teknologi Pendidikan, terjemahan dari ; The Definition Of Education Terminology”, Jakarta: PT : CV Rajawali. 1986.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003.
Nasution, Teknologi Pendidikan,Jakarta: PT : Bumi Aksara. 2008.
Poster, Cyril. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, Jakarta: Lembaga Indonesia didaya, 2000.
Rahman, Fazlur. 1982. Islam and Modernity Transformation of an Intelectual Tradition, Chicago: Chicago University. 1982.
Sabda, Saifuddin . Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq. Jakarta: Ciputat Press. 2002.
Sidi, Indra Djati Sidi. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.
Senduk, J.F. Isu dan Kebijakan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Manado: Program Pascasarjana Universitas Negeri Manado, 2006.
Seels Barbara dan Rita C Richey. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: PT : Unit Percetakan UNJ. 1994.
Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
[1] Dewi S.., Raphael Rahardjo, M. Sc., dan Yusufhadi Miarso, Terjemahan dari ; Intructional Technology : The Definition and Domains of The Field, (PT : Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 1994). 30.
[2] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, PT : KANCANA PRENADA MEDIA GROUP, Jakarta, edisi pertama, cetakan ke-4, 2009, hal 133.
[3] Seels Barbara dan Rita C Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, (PT : Unit Percetakan UNJ, Jakarta, 1994). 38.
[4]Yusufhadi Miarso. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (PT : KANCANA PRENADA MEDIA GROUP, Jakarta, edisi pertama, cetakan ke-4, 2009).135.
[5] Seels Barbara dan Rita C Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, (PT : Unit Percetakan UNJ, Jakarta, 1994). 39.
[6] Yusufhadi Miarso. “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”, (PT : KANCANA PRENADA MEDIA GROUP, Jakarta, edisi pertama, cetakan ke-4, 2009). 134.
[7] Ibid … hal 43
[8] Ibid …
[9] Seels Barbara dan Rita C Richey, “Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya”, (PT : Unit Percetakan UNJ, Jakarta, 1994). 50.
[10] Ibid … hal 51.
[11] Nasution, “Teknologi Pendidikan”,PT : Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal 1
[12] Indra Djati Sidi. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 42-43.
[13] Cyril Poster. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, (Jakarta: Lembaga Indonesia didaya, 2000), 16.
[14] Kir Haryana. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2007). 37.
[15] Yusufhadi Miarso, M. Sc., “Defenisi Teknologi Pendidikan, terjemahan dari ; The Definition Of Education Terminology”, (PT : CV Rajawali, Jakarta, 1986). 5.
[16] Fazlur Rahman. Islam and Modernity Transformation of an Intelectual Tradition. (Chicago: Chicago University. 1982). 130-131.
[17] Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. (Jakarta: Dirjen Bagais. 2004). 9.
[18] Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hlm. 68.
[19] J.F. Senduk. Isu dan Kebijakan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Manado: Program Pascasarjana Universitas Negeri Manado, 2006). 110.
[20] Kartini Kartono. Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pradnya Paramita, 1997). 11.
[21] Nurkholis. 78-79.
[22] Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). 204-205.
[23] Depdiknas. 67.
[24] Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi.( Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003). 9.
[25] Jerome S Arcaro. Quality in Education: An Implementation Handbook,(St. Lucie Press. 1995). 11.
[26] Lies Hasibuan. Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi dan Rekonstruksi Curriculum. (Jambi: SAPA Project. 2004). 136.
[27] Arcaro. 78.
[28] Arcaro. 13.
[29] Joseph C. Field. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Terj. Syafaruddin. (Jakarta: PT Grasindo. 1993). 13.
[30] Saifuddin Sabda. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq. (Jakarta: Ciputat Press. 2002). 37.
*mahasiswa program pasca sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya